Tuesday, November 28, 2017

Laporan Praktikum Gulma

Laporan Praktikum Pengendalian Gulma


ETNOBOTANI : HERBARIUM
Oleh
Nama                  : Siti Nisrina
NIM                   : 1505101050035
Kelas                  : 3
Kelompok          : 3













LABORATORIUM ILMU GULMA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2017



I.                   PENDAHULUAN


1.1.          Latar Belakang
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi(Onrizal, 2005).  Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya(Stacey. dkk, 2004).
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003).
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).

1.2.          Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menganalisis herbarium herbal yang sudah dikeringkan. 

I.                   TINJAUAN PUSTAKA


1.1.   Bioekologi Pegagan (Centella asiatica)
1.1.1.      Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica)
Secara ilmiah klasifikasi pegagan menurut Lasmadiwati (2004) adalah sebagai berikut.
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Sub-divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dikotiledonae
Ordo               : Umbellales
Family             : Umbelliferae
Genus              : Centella
Spesies            : Centella asiatica.
1.1.2.      Morfologi Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh di daerah tropis dan berbunga sepanjang tahun. Bentuk daunnya bulat seperti ginjal manusia, batangnya lunak dan beruas, serta menjalar hingga mencapai satu meter. Pada tiap ruas tumbuh akar dan daun dengan tangkai daun panjang sekitar 5–15 cm dan akar berwarna putih, dengan rimpang pendek dan stolon yang merayap dengan panjang 10–80 cmTinggi tanaman berkisar antara 5,39–13,3 cm, dengan jumlah daun berkisar antara 5– 8,7 untuk tanaman induk dan 2–5 daun pada anakannya  (Bermawie et al.,2008).
1.1.3.      Habitat Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan atau kaki kuda (Centella asiatica L.), tumbuh pada tegalan, padang rumput, tepi selokan dan pinggir jalan, merupakan tumbuhan herba tahunan yang menjalar dan berkembang dengan stolon. Khasiat pegagan adalah sebagai anti lupa, memberi umur panjang, adaptogenik, anti-pyretik, anti spasmodik, aphrodisiak, astringent, pem-bersih darah (keracunan logam), diuretik, nervine, sedative, menyembuhkan penyakit lepra, luka luar seperti habis melahirkan dan psoriasis (terbakar) (Winarto dan Surbakti, 2003).
1.2.  Bioekologi Tapak dara(Catharanthus roseus (L.) G. Don. )
Catharanthus roseus (L.) G. Don. memiliki nama sinonim Vinca rosea L. nama umum di Indonesia adalah tapak dara, rutu-rutu atau kembang serdadu, di Inggris tapak dara sering disebut sebagai Madagascar periwinkle atau rose periwinkle, di Cina dikenal dengan nama chang chun hua. 
2.2.1. Klasifikasi Tapak dara(Catharanthus roseus (L.) G. Don. )
Klasifikasi tapak dara dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut, 
Divisi : Magnoliophyta 
Kelas  : Magnoliopsida 
Anak kelas : Asteridae 
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga  : Catharanthus
Jenis  : Catharanthus roseus (L.) G. Don.
2.2.2. Morfologi Tapak dara(Catraranthus roseus (L.) G. Don.)
Tanaman ini berupa perdu menahun dengan tinggi tanaman kurang dari 1m.  Tanaman ini memiliki warna bunga yang indah seperti ungu muda, merah muda atau putih.   Penyebaran tanaman tapak dara yang luas diberbagai daerah ini menyebabkan tanaman ini banyak memiliki nama lokal, seperti di Indonesia tanaman ini dikenal dengan berbabai nama seperti kembang tapak dara (Jawa/Indonesia), sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (Sunda).  Di Malaysia dikenal dengan nama kemunting cina, kembang sari cina, sedangkan di Philippine dikenal dengan nama tsitsirika, dalam bahasa Inggris disebut periwinkle, di China dikenal dengan nama chang chun hua, dan di Belanda disebut dengan soldaten bloem (Tjitrosoepomo 1985; 1989). 
2.2.3. Habitat Tapak dara(Catraranthus roseus (L.) G. Don.)
Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) Don.) adalah salah satu tanaman yang tersebar luas di daerah tropis termasuk ke dalam keluarga atau family Apocynaceae.  Tanaman ini pada mulanya berasal dari Madagaskar sehingga dikenal juga dengan nama Madagascar periwinkle.  Pada saat ini tanaman ini sudah menyebar hampir di seluruh daerah tropis seperti di China, India, Indonesia, Australia, Amerika Utara dan Selatan.  Di Bali dan Indonesia umumnya tanaman ini sering dijumpai sebagai tanaman hias yang di tanam di halaman depan rumah. 
Tanaman tapak dara ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dari permukaan laut (dpl.).  Tanaman ini menyukai tempat yang terbuka, namun juga dapat tumbuh pada tempat yang ternaungi.  Tanaman ini tumbuh kesamping dengan banyak cabang, dengan tinggi berkisar antara 0,2 – 1,0 m, sehingga tanaman ini cocok digunakan sebagai tanaman hias.  
            Tapak dara tumbuh di tempat yang berpasir tapi juga dapat tumbuh di pinggir sungai, vegetasi savanna dan tempat kering, di hutan. Tapak dara merupakan tanaman yang memiliki toleransi tinggi terhadap garam sehingga sebagian besar ditemukan di dekat laut tapi seringkali ditemukan hingga 1500 m di atas permukaan laut. Tapak dara dapat hidup di lingkungan yang tidak terlalu panas.

II.                METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum Etnobotani: Herbarium ini dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Oktober 2017 pukul 16.30 WIB-selesai di Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

3.2  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Etnobotani : Herbarium ini adalah:
            Alat:                                                    Bahan:
1.  Isolasi                                                1. Herbarium kering tanaman Pegagan
2.  Lem Fox                                            2. Herbairum kering Tapak dara
3.  Kuas
4.  Pensil
5.  Kertas Koran
6.  Kertas karton
7.  Label

3.3     Cara Kerja
1.    Tumbuhan yang telah dikeringkan, dipindahkan keatas kertas karton baru.
2.    Diberi isolasi pada bagian tumbuhan agar tidak lepas.
3.    Diberi label informasi disampingnya.
4.    Setelah siap, dilapisi dengan kertas karton.
5.    Dimasukkan kedalam map karton.
6.    Diluar map dituliskan lagi informasi nama local, dan kolektornya.
7.    Difoto, dan dibuat laporan tentang herbarium tersebut.




                       IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1    Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan praktikum herbarium, didapatkan hasil pengamtan sebagai berikut:
Table 1. Hasil pengamatan herbarium obat – obatan
No.
Nama Tumbuhan
Informasi
1.

Pegagan (Centella asiatica)
Nama local            : Pegagan
Nama kolektor       : Z.L.M
Tanggal Koreksi    : 17/08/2015
Kode Prov.             : 11
Kode Etnis             : 008
Kode Tim Puldat   : 003
Nomor Informan   : 02
Nomor Tumbuhan : 03
2.

Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don.)
Nama local            : Tapak Dara
Nama kolektor       : A.M.R
Tanggal Koreksi    : 28/08/2015
Kode Prov.             : 11
Kode Etnis             : 008
Kode Tim Puldat   : 003
Nomor Informan   : 02
Nomor Tumbuhan : 08



4.2. Pembahasan
4.2.1. Kandungan Kimia Tanaman Pegagan dan khasiatnya
Tanaman pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki banyak manfaat, sehingga menarik perhatian para ahli untuk meneliti dan mengembangkannya dalam rangka eksplorasi obat baru yang berasal dari alam. Sejauh ini bukti ilmiah efek herba pegagan sebagai antipiretik belum diketahui. Tanaman pegagan seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti wasir, demam, pembengkakan hati atau liver, bisul, darah tinggi, penambah daya ingat, campak, amandel, sakit perut dan kurang nafsu makan. Penelitian tentang tanaman obat di Indonesia untuk pengobatan demam memang sudah banyak dilakukan, tetapis penelitian tentang tanaman pegagan untuk pengobatan demam belum dilakukan Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian ini sehingga diharapkan dalam pegagan dapat digunakan sebagai obat alternatif yang berkhasiat sebagai antipiretik yang berguna bagi perkembangan pengobatan tradisional terutama dalam perkembangan ilmu pengkulturan tanaman.
Kandungan kimia herba pegagan antara lain glikosida triterpenoid, utamanya asiatikosida dan asam asiatikat .Menurut Chassaud (1971) dan Perry (1980), herba pegagan mengandung asiatikosida, madekasosida, asam asiatikat, asam madekasat, brahmosida, takunosida, isotakunosida; tiga senyawa yang disebut terakhir ini belum sepenuhnya diketahui strukturnya. Di samping itu, juga dilaporkan pegagan mengandung alkaloid hidrokotilina(Sastrapraja, 1982).
Kegunaan herba pegagan antara lain, daunnya sangat baik untuk menyembuhkan luka kecil, sebagai peluruh air kemih yang lembut, peluruh keringat pada penderita keracunan jengkol, juga dapat sebagai peluruh demam, peluruh getah empedu, wasir, keputihan, batu ginjal, sariawan, dan sebagainya (Perry,1980).
4.2.2.  Kandungan Kimia Tanaman Tapak Dara dan khasiatnya
Berbagai penelitian yang telah dilakukan mendapatkan bahwa tanaman tapak dara ini banyak sekali mengandung bahan kimia aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.  Dengan adanya kesadaran kita tentang pentingnya obat-obatan yang berbahan dasar alami (Back to Nature) maka pengetahuan tentang banyaknya kandungan bahan kimia yang dapat digunakan menjadi bahan dasar obat sangatlah penting.   Tanaman ini diidentifikasi mengandung sebanyak 130 bahan bioaktif yang dikenal dengan nama Terpenoid Indole Alkaloids atau disingkat dengan TIAs.  Beberapa dari bahan ini telah diketahui dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan seperti bahan aktif yang disebut catharantine, vinblastine, vincristine, vindoline dan Catharoseumine.  Vinblastine dan vincristine telah diketahui dapat digunakan sebagai obat kanker yang diekstrak dari daun tanaman tapak dara yang mengandung alkaloid bisindol  (Chung et al. 2011; Man et al. 2012; Verma et al. 2012).  Tanaman ini juga diketahui dapat digunakan sebagai obat hipertensi yang disebabkan karena kandungan ajmalicine dan serpentine-nya.  
Ada beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi daun tapak dara, yang mengolahnya ada dua macam seperti di atas. Dan di bawah ini ada beberapa daftar penyakit yang bisa dicegah maupun disembuhkan menggunakan tanaman hias tersebut. Yaitu:
1.      Menurunkan demam
2.      Melancarkan buat air kecil
3.      Mengobati luka bakar
4.      Menurunkan tekanan darah
5.      Mencegah kanker Rahim
6.      Mencegah kanker payudara
7.      Mencegah kanker usus
8.      Mencegah tumor, dll.
Informasi tentang kekayaan kandungan bahan kimia aktif dari tanaman tapak dara ini dan cara biosistesis yang terjadi pada tanaman juga telah dipelajari sampai ketingkat jaringan dan organ (Ferreres at al. 2011), bahkan sampai pada level enzim dan gen (Facchini 2001, 2006; Facchini and De Luca 2008; Ziegler and Facchini 2008; Oudin et al. 2007).  Dari hasil penelitian terbaru tanaman tapak dara ini juga diketahui dapat mempengaruhi perkembangan bakteri (Wang et al. 2012) dan penggunaan teknologi nanopartikel diketahui bahwa daun tapak dari tanaman dara ini dapat digunakan sebagai anti plasmodium.





                                         V.            SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi.
2.      Kegunaan herba pegagan antara lain, daunnya sangat baik untuk menyembuhkan luka kecil, sebagai peluruh air kemih yang lembut, peluruh keringat, dan penyakit lainnya.
3.      Tanaman tapak dara berguna sebagai obat-oabatan seperti obat menurunkan demam, melancarkan buat air kecil, mengobati luka bakar, menurunkan tekanan darah, mencegah kanker Rahim, mencegah kanker payudara, mencegah kanker usus, mencegah tumor, dll.

5.2. Saran
Berdasarkan penjelasan dan penguraian tanaman Catharanthus roseus (tapak dara) dan Phaleria macrocarpa (mahkota dewa), disarankan pada para pelajar atau mahasiswa untuk terus menggali ilmu pengetahuan mengenai tanaman-tanaman di sekitar yang berpotensi sebagai obat, sehingga ilmu pengetahuan secara khusus dan ilmu marfologi dan sistematika tumbuhan maupun farmakognosi pun dapat terus berkembang, mengingat pentingnya peranan tanaman-tanaman tersebut yang berpotensi sebagai obat.Berdasarkan penjelasan dan penguraian tanaman Catharanthus roseus (tapak dara) dan Phaleria macrocarpa (Tapak Dara), disarankan pada para pelajar atau mahasiswa untuk terus menggali ilmu pengetahuan mengenai tanaman-tanaman di sekitar yang berpotensi sebagai obat, sehingga ilmu pengetahuan secara khusus dan ilmu marfologi dan sistematika tumbuhan maupun farmakognosi pun dapat terus berkembang, mengingat pentingnya peranan tanaman-tanaman tersebut yang berpotensi sebagai obat.

DAFTAR PUSTAKA


Bermawie, N., S. Purwiyanti, dan Mardiana. 2008. Keragaan sifat morfologi, hasil dan mutu plasma nutfah pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.). Bul. Littro. XIX (1): 1- 17.
Chung I, Kim E, Li M, Peebles CAM, Jung W, Song H, Ahn J, San K.  2011.  Screening 64 Cultivars Catharanthus roseus for the Production of Vindoline, Catharanthine, and Serpentine.  Biotechnol. Prog.  27(4):937-943
Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 4 November 2017.
Perry, L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia, Martinus Nijjhoff Publisher, Dordrecht-Boston-Lancaster.
Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. UNS. Solo.
Sastrapradja, S., 1982, Tumbuh-tumbuhan Obat, 26, Lembaga Biologi Nasional - LIPI,Bogor. Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan  Objek  Biologi. Jurusan Biologi FMIPA     UNY. Yokyakarta. 
Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge University Press: New York
Tjitrosoepomo G. 1985.  Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo G. 1989.  Taksonomi Tumbuhan: Spermatophyta. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Winarto, W.P. dan Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Tanaman Penambah Daya Ingat. Agromedia Pustaka, 64 p.








LAMPIRAN




Gambar 1. Pegagan (Centella asiatica)

Gambar 2. Tapak dara(Catraranthus roseus (L.) G. Don.)



No comments:

Post a Comment