Laporan Praktikum Pengendalian Gulma
ETNOBOTANI :
HERBARIUM
Oleh
Nama :
Siti Nisrina
NIM :
1505101050035
Kelas :
3
Kelompok :
3
LABORATORIUM ILMU GULMA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Herbarium
berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang
dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen
yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi(Onrizal,
2005). Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan
hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka
memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk
koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti
taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas
yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya(Stacey. dkk, 2004).
Herbarium
merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk
tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang
Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang
mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta
mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003).
Untuk
koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut.
Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan
awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan.
Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya
bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging
seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang
dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno,
2004).
1.2.
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menganalisis herbarium
herbal yang sudah dikeringkan.
I.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Bioekologi Pegagan
(Centella
asiatica)
1.1.1.
Klasifikasi Pegagan
(Centella
asiatica)
Secara ilmiah
klasifikasi pegagan menurut Lasmadiwati (2004) adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Umbellales
Family : Umbelliferae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica.
1.1.2. Morfologi Pegagan (Centella
asiatica)
Pegagan merupakan
tanaman herba tahunan yang tumbuh di daerah tropis dan berbunga sepanjang
tahun. Bentuk daunnya bulat seperti ginjal manusia, batangnya lunak dan beruas,
serta menjalar hingga mencapai satu meter. Pada tiap ruas tumbuh akar dan daun
dengan tangkai daun panjang sekitar 5–15 cm dan akar berwarna putih, dengan
rimpang pendek dan stolon yang merayap dengan panjang 10–80 cmTinggi tanaman
berkisar antara 5,39–13,3 cm, dengan jumlah daun berkisar antara 5– 8,7 untuk tanaman
induk dan 2–5 daun pada anakannya (Bermawie et al.,2008).
1.1.3.
Habitat Pegagan
(Centella
asiatica)
Pegagan atau kaki kuda
(Centella asiatica L.), tumbuh pada tegalan, padang rumput, tepi selokan dan
pinggir jalan, merupakan tumbuhan herba tahunan yang menjalar dan berkembang
dengan stolon. Khasiat pegagan adalah sebagai anti lupa, memberi umur panjang,
adaptogenik, anti-pyretik, anti spasmodik, aphrodisiak, astringent, pem-bersih
darah (keracunan logam), diuretik, nervine, sedative, menyembuhkan penyakit
lepra, luka luar seperti habis melahirkan dan psoriasis (terbakar) (Winarto dan
Surbakti, 2003).
1.2.
Bioekologi Tapak dara(Catharanthus roseus (L.) G. Don. )
Catharanthus roseus (L.)
G. Don. memiliki nama sinonim Vinca rosea L. nama umum di Indonesia adalah
tapak dara, rutu-rutu atau kembang serdadu, di Inggris tapak dara sering
disebut sebagai Madagascar periwinkle atau rose periwinkle, di Cina dikenal
dengan nama chang chun hua.
2.2.1.
Klasifikasi Tapak dara(Catharanthus
roseus (L.) G. Don. )
Klasifikasi tapak dara
dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut,
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Anak kelas : Asteridae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga :
Catharanthus
Jenis : Catharanthus
roseus (L.) G. Don.
2.2.2. Morfologi Tapak
dara(Catraranthus roseus (L.) G.
Don.)
Tanaman ini berupa
perdu menahun dengan tinggi tanaman kurang dari 1m. Tanaman ini memiliki warna bunga yang indah
seperti ungu muda, merah muda atau putih.
Penyebaran tanaman tapak dara yang luas diberbagai daerah ini
menyebabkan tanaman ini banyak memiliki nama lokal, seperti di Indonesia
tanaman ini dikenal dengan berbabai nama seperti kembang tapak dara
(Jawa/Indonesia), sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (Sunda). Di Malaysia dikenal dengan nama kemunting
cina, kembang sari cina, sedangkan di Philippine dikenal dengan nama
tsitsirika, dalam bahasa Inggris disebut periwinkle, di China dikenal dengan
nama chang chun hua, dan di Belanda disebut dengan soldaten bloem
(Tjitrosoepomo 1985; 1989).
2.2.3. Habitat
Tapak dara(Catraranthus roseus (L.)
G. Don.)
Tanaman Tapak Dara
(Catharanthus roseus (L.) Don.) adalah salah satu tanaman yang tersebar luas di
daerah tropis termasuk ke dalam keluarga atau family Apocynaceae. Tanaman ini pada mulanya berasal dari
Madagaskar sehingga dikenal juga dengan nama Madagascar periwinkle. Pada saat ini tanaman ini sudah menyebar
hampir di seluruh daerah tropis seperti di China, India, Indonesia, Australia,
Amerika Utara dan Selatan. Di Bali dan
Indonesia umumnya tanaman ini sering dijumpai sebagai tanaman hias yang di
tanam di halaman depan rumah.
Tanaman tapak dara ini
dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 800 m
dari permukaan laut (dpl.). Tanaman ini
menyukai tempat yang terbuka, namun juga dapat tumbuh pada tempat yang
ternaungi. Tanaman ini tumbuh kesamping
dengan banyak cabang, dengan tinggi berkisar antara 0,2 – 1,0 m, sehingga
tanaman ini cocok digunakan sebagai tanaman hias.
Tapak dara tumbuh
di tempat yang berpasir tapi juga dapat tumbuh di pinggir sungai, vegetasi
savanna dan tempat kering, di hutan. Tapak dara merupakan tanaman yang memiliki
toleransi tinggi terhadap garam sehingga sebagian besar ditemukan di dekat laut
tapi seringkali ditemukan hingga 1500 m di atas permukaan laut. Tapak dara
dapat hidup di lingkungan yang tidak terlalu panas.
II.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Etnobotani: Herbarium ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 31 Oktober 2017 pukul 16.30 WIB-selesai di Laboratorium Ilmu
Gulma Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum Etnobotani : Herbarium ini adalah:
Alat: Bahan:
1. Isolasi 1.
Herbarium kering tanaman Pegagan
2. Lem
Fox 2.
Herbairum kering Tapak dara
3. Kuas
4. Pensil
5. Kertas
Koran
6. Kertas
karton
7. Label
3.3 Cara Kerja
1. Tumbuhan
yang telah dikeringkan, dipindahkan keatas kertas karton baru.
2. Diberi
isolasi pada bagian tumbuhan agar tidak lepas.
3. Diberi
label informasi disampingnya.
4. Setelah
siap, dilapisi dengan kertas karton.
5. Dimasukkan
kedalam map karton.
6. Diluar
map dituliskan lagi informasi nama local, dan kolektornya.
7. Difoto,
dan dibuat laporan tentang herbarium tersebut.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Setelah
dilakukan praktikum herbarium, didapatkan hasil pengamtan sebagai berikut:
Table
1. Hasil pengamatan herbarium obat – obatan
No.
|
Nama Tumbuhan
|
Informasi
|
1.
|
Pegagan (Centella asiatica)
|
Nama local : Pegagan
Nama kolektor : Z.L.M
Tanggal Koreksi : 17/08/2015
Kode Prov. : 11
Kode Etnis : 008
Kode Tim Puldat : 003
Nomor Informan : 02
Nomor Tumbuhan : 03
|
2.
|
Tapak Dara (Catharanthus
roseus (L.) G. Don.)
|
Nama local : Tapak Dara
Nama kolektor : A.M.R
Tanggal Koreksi : 28/08/2015
Kode Prov. : 11
Kode Etnis : 008
Kode Tim Puldat : 003
Nomor Informan : 02
Nomor Tumbuhan : 08
|
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Kandungan
Kimia Tanaman Pegagan dan khasiatnya
Tanaman
pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman obat yang
memiliki banyak manfaat, sehingga menarik perhatian para ahli untuk meneliti
dan mengembangkannya dalam rangka eksplorasi obat baru yang berasal dari alam.
Sejauh ini bukti ilmiah efek herba pegagan sebagai antipiretik belum diketahui.
Tanaman pegagan seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat
alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti wasir, demam, pembengkakan
hati atau liver, bisul, darah tinggi, penambah daya ingat, campak, amandel,
sakit perut dan kurang nafsu makan. Penelitian tentang tanaman obat di
Indonesia untuk pengobatan demam memang sudah banyak dilakukan, tetapis
penelitian tentang tanaman pegagan untuk pengobatan demam belum
dilakukan Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian
ini sehingga diharapkan dalam pegagan dapat digunakan sebagai obat alternatif
yang berkhasiat sebagai antipiretik yang berguna bagi perkembangan pengobatan
tradisional terutama dalam perkembangan ilmu pengkulturan tanaman.
Kandungan
kimia herba pegagan antara lain glikosida triterpenoid, utamanya asiatikosida
dan asam asiatikat .Menurut Chassaud (1971) dan Perry (1980), herba pegagan
mengandung asiatikosida, madekasosida, asam asiatikat, asam madekasat,
brahmosida, takunosida, isotakunosida; tiga senyawa yang disebut terakhir ini
belum sepenuhnya diketahui strukturnya. Di samping itu, juga dilaporkan pegagan
mengandung alkaloid hidrokotilina(Sastrapraja, 1982).
Kegunaan
herba pegagan antara lain, daunnya sangat baik untuk menyembuhkan luka kecil,
sebagai peluruh air kemih yang lembut, peluruh keringat pada penderita
keracunan jengkol, juga dapat sebagai peluruh demam, peluruh getah empedu,
wasir, keputihan, batu ginjal, sariawan, dan sebagainya (Perry,1980).
4.2.2. Kandungan Kimia Tanaman Tapak Dara dan
khasiatnya
Berbagai
penelitian yang telah dilakukan mendapatkan bahwa tanaman tapak dara ini banyak
sekali mengandung bahan kimia aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
obat-obatan. Dengan adanya kesadaran
kita tentang pentingnya obat-obatan yang berbahan dasar alami (Back to Nature)
maka pengetahuan tentang banyaknya kandungan bahan kimia yang dapat digunakan
menjadi bahan dasar obat sangatlah penting.
Tanaman ini diidentifikasi mengandung sebanyak 130 bahan bioaktif yang
dikenal dengan nama Terpenoid Indole Alkaloids atau disingkat dengan TIAs. Beberapa dari bahan ini telah diketahui dapat
digunakan sebagai bahan baku obat-obatan seperti bahan aktif yang disebut
catharantine, vinblastine, vincristine, vindoline dan Catharoseumine. Vinblastine dan vincristine telah diketahui
dapat digunakan sebagai obat kanker yang diekstrak dari daun tanaman tapak dara
yang mengandung alkaloid bisindol (Chung
et al. 2011; Man et al. 2012; Verma et al. 2012). Tanaman ini juga diketahui dapat digunakan
sebagai obat hipertensi yang disebabkan karena kandungan ajmalicine dan serpentine-nya.
Ada
beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi daun tapak dara,
yang mengolahnya ada dua macam seperti di atas. Dan di bawah ini ada beberapa
daftar penyakit yang bisa dicegah maupun disembuhkan menggunakan tanaman hias
tersebut. Yaitu:
1.
Menurunkan demam
2.
Melancarkan buat
air kecil
3.
Mengobati luka
bakar
4.
Menurunkan
tekanan darah
5.
Mencegah kanker
Rahim
6.
Mencegah kanker
payudara
7.
Mencegah kanker
usus
8.
Mencegah tumor,
dll.
Informasi
tentang kekayaan kandungan bahan kimia aktif dari tanaman tapak dara ini dan
cara biosistesis yang terjadi pada tanaman juga telah dipelajari sampai
ketingkat jaringan dan organ (Ferreres at al. 2011), bahkan sampai pada level
enzim dan gen (Facchini 2001, 2006; Facchini and De Luca 2008; Ziegler and
Facchini 2008; Oudin et al. 2007). Dari
hasil penelitian terbaru tanaman tapak dara ini juga diketahui dapat
mempengaruhi perkembangan bakteri (Wang et al. 2012) dan penggunaan teknologi
nanopartikel diketahui bahwa daun tapak dari tanaman dara ini dapat digunakan
sebagai anti plasmodium.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum
yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Herbarium adalah
koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim
klasifikasi.
2.
Kegunaan herba
pegagan antara lain, daunnya sangat baik untuk menyembuhkan luka kecil, sebagai
peluruh air kemih yang lembut, peluruh keringat, dan penyakit lainnya.
3.
Tanaman tapak
dara berguna sebagai obat-oabatan seperti obat menurunkan demam, melancarkan
buat air kecil, mengobati luka bakar, menurunkan tekanan darah, mencegah kanker
Rahim, mencegah kanker payudara, mencegah kanker usus, mencegah tumor, dll.
5.2. Saran
Berdasarkan penjelasan
dan penguraian tanaman Catharanthus roseus (tapak dara) dan Phaleria macrocarpa
(mahkota dewa), disarankan pada para pelajar atau mahasiswa untuk terus
menggali ilmu pengetahuan mengenai tanaman-tanaman di sekitar yang berpotensi
sebagai obat, sehingga ilmu pengetahuan secara khusus dan ilmu marfologi dan
sistematika tumbuhan maupun farmakognosi pun dapat terus berkembang, mengingat
pentingnya peranan tanaman-tanaman tersebut yang berpotensi sebagai
obat.Berdasarkan penjelasan dan penguraian tanaman Catharanthus roseus (tapak
dara) dan Phaleria macrocarpa (Tapak Dara), disarankan pada para pelajar atau
mahasiswa untuk terus menggali ilmu pengetahuan mengenai tanaman-tanaman di
sekitar yang berpotensi sebagai obat, sehingga ilmu pengetahuan secara khusus
dan ilmu marfologi dan sistematika tumbuhan maupun farmakognosi pun dapat terus
berkembang, mengingat pentingnya peranan tanaman-tanaman tersebut yang
berpotensi sebagai obat.
DAFTAR PUSTAKA
Bermawie, N., S. Purwiyanti, dan Mardiana. 2008.
Keragaan sifat morfologi, hasil dan mutu plasma nutfah pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban.). Bul. Littro. XIX (1): 1- 17.
Chung I, Kim E, Li M, Peebles CAM, Jung W, Song H,
Ahn J, San K. 2011. Screening 64 Cultivars Catharanthus roseus
for the Production of Vindoline, Catharanthine, and Serpentine. Biotechnol. Prog. 27(4):937-943
Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 4 November 2017.
Perry, L.M., 1980, Medicinal Plants of East and
Southeast Asia, Martinus Nijjhoff Publisher, Dordrecht-Boston-Lancaster.
Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam
Menunjang PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. UNS. Solo.
Sastrapradja,
S., 1982, Tumbuh-tumbuhan Obat, 26, Lembaga Biologi Nasional -
LIPI,Bogor. Suyitno, A.L.2004.
Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi. Jurusan Biologi
FMIPA
UNY. Yokyakarta.
Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge University
Press: New York
Tjitrosoepomo G. 1985. Morfologi
Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo G. 1989. Taksonomi
Tumbuhan: Spermatophyta. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Winarto, W.P. dan Surbakti. 2003. Khasiat dan
Manfaat Pegagan. Tanaman Penambah Daya Ingat. Agromedia Pustaka, 64 p.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pegagan
(Centella
asiatica)
Gambar 2. Tapak dara(Catraranthus
roseus (L.) G. Don.)
No comments:
Post a Comment